Kang Malik AS. | |
Oleh: Kang Malik AS (UstManatahan)
Cobaan Merupakan Sunah (Ketetapan) Allah
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.
“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم
مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً
وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا
قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن
يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”
أما بعد
Jamaah Jumat
rahimakumullah
Mari kita tingkatkan
ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu
mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi
wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir
zaman.
Jamaah Jumat rahimani
wa rahimakumullah
Orang yang merenungi
sunnatullah tentu akan mengetahui bahwa cobaan merupakan salah satu sunah
(ketetapan) Allah yang bersifat kauniyyah qadariyyah (qadar Allah terhadap alam
semesta). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah: 155)
Sungguh keliru orang
yang beranggapan, bahwa hamba Allah yang paling shaleh adalah orang yang paling
jauh dari cobaan, bahkan cobaan merupakan tanda keimanan. Di dalam hadis
disebutkan:
Dari Mush’ab bin
Sa’ad, dari bapaknya, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah,
“Siapakah orang yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para nabi,
kemudian yang setelahnya dan setelahnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar
keimanannya. Siapa yang imannya tinggi, maka ujiannya pun berat, dan siapa yang
imannya rendah maka ujiannya disesuaikan dengan kadar imannya. Ujian ini akan
tetap menimpa seorang hamba sampai ia berjalan di bumi tanpa membawa dosa.”
(HR. Tirmidzi)
Di samping itu, cobaan
adalah salah satu tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ
اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْماً ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَي،
وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“Sesungguhnya
besarnya pahala tergantung besarnya cobaan, dan Allah apabila mencintai suatu
kaum, maka Allah akan menguji mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia akan
mendapatkan keridhaan-Nya dan barang siapa yang kesal terhadapnya, maka ia akan
mendapatkan kemurkaan-Nya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi, Tirmidzi menghasankannya)
Demikian juga cobaan
merupakan salah satu tanda diberikan oleh Allah kebaikan kepadanya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ
فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى
يُوَافِىَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Apabila
Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah akan mempercepat hukuman
di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan bagi hamba-Nya maka ditahan
hukuman itu karena dosa-dosanya sehingga ia mendapatkan balasannya pada hari
kiamat.” (HR. Tirmidzi)
Dan sebagai penebus
dosanya, meskipun bentuknya kecil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ
بِهَا عَنْهُ ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا »
“Tidaklah
suatu musibah menimpa seorang muslim, melainkan Allah akan menggugurkan
dosa-dosanya, meskipun hanya terkena duri.” (HR. Bukhari)
Sebaliknya, jika
seseorang diberikan dunia ini namun tetap bergelimang di atas kemaksiatan, maka
ketahuilah bahwa yang demikian merupakan istidraj (penangguhan azdab dari
Allah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا
عَلىَ مَعَاصِيْهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ ثُمَّ تَلاَ رَسُوْلُ
اللهِ صلى الله عليه وسلم “فَلَمَّا نَسُوا ….الاية.
“Apabila
kamu melihat Allah memberikan kenikmatan dunia yang disenangi kepada seorang
hamba padahal ia berada di atas maksiat, maka sebenarnya hal itu adalah
istidraj”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan ayat:
“Maka
tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami
pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
(QS.Al An’aam: 44). (HR. Ahmad dengan isnad yang jayyid, Shahihul Jami’ no.
561)
Hikmah Adanya Musibah
Jamaah Jumat
‘azzaniyallhu wa iyyakum
Oleh karena itu,
seorang muslim yang tertimpa musibah, jika ia seorang yang shaleh, maka cobaan
itu menghapuskan kesalahan-kesalahan yang lalu dan mengangkat derajatnya. Namun
jika ia seorang pelaku maksiat, maka cobaan itu akan menghapuskan dosa-dosanya
dan sebagai peringatan terhadap bahaya dosa-dosa itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُونَ
“Dan
Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk,
agar mereka kembali (kepada Allah).” (QS. Al A’raaf: 168)
Yakni agar kembali
beribadah kepada Allah, mengingat-Nya dan bersyukur terhadap nikmat-Nya.
Ibnul Qayyim berkata,
“Kalau tidak karena cobaan dan musibah dunia, niscaya manusia terkena penyakit
kesombongan, ujub (bangga diri), dan kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini
merupakan kehancuran baginya di dunia maupun akhirat. Di antara rahmat Allah,
kadang-kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari
penyakit-penyakit hati dan menjaga kebersihan ibadahnya. Maha Suci Allah yang
merahmati manusia dengan musibah dan ujian.”
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata, “Musibah yang diterima karena Allah semata, lebih baik bagimu
daripada nikmat yang membuat lupa mengingat-Nya.”
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ
لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ،
أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار،
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ،
وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ
وَالنَّهَار
Di samping yang disebutkan di atas, hikmah
musibah lainnya adalah:
Sebagai jalan menuju
surga
Surga adalah tempat
yang penuh kenikmatan, tidak mungkin mencapainya dengan santai dan
berleha-leha, bahkan untuk mencapainya dibutuhkan kerja keras, penderitaan,
kesabaran, dan kesungguhan. Orang-orang yang Anda lihat berharta banyak dan
merasakan berbagai kenikmatan di dunia ini, ia mengawali hidupnya dengan kerja
keras, penderitaan, kesabaran, dan kesungguhan, sehingga di akhirnya ia
mendapatkan kekayaan dan kenikmatan. Nah, sekarang yang hendak Anda kejar
adalah kenikmatan yang lebih baik dari itu, kenikmatan yang sesungguhnya, yang
tidak memiliki kekurangan dan keterbatasan; hidup kekal tidak mati, senantiasa
sehat tidak sakit, santai menikmati kesenangan yang ada tanpa susah payah
mendapatkannya dsb.
Athaa’ pernah
berkata: Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Maukah kamu aku perlihatkan seorang
wanita penghuni surga?” Aku (Athaa’) menjawab, “Ya.” Ia berkata, “Yaitu wanita
hitam ini. Ia pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
berkata, “Saya terkena penyakit ayan, dan jika sedang kambuh, auratku terbuka,
maka berdoalah kepada Allah untukku!” Beliau bersabda, “Jika kamu mau bersabar,
maka kamu akan masuk surga. Namun jika kamu mau, maka aku akan berdoa kepada
Allah agar Dia menyembuhkanmu.” Wanita itu berkata, “Aku siap bersabar. Hanya
saja jika sedang kambuh auratku terbuka. Oleh karena itu, berdoalah kepada
Allah agar auratku tidak terbuka.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam hadis lain
disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila
anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berkata kepada para
malaikat-Nya, ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?’ Para malaikat
menjawab, ‘Ya’. Allah berfirman, ‘Apakah kalian telah mengambil buah hatinya?’
Mereka menjawab, ‘Ya’. Allah berfirman, ‘Lalu apa yang diucapkan hamba-Ku?’
Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan beristirja’ (mengucapkan “Innaa lillahi wa
innaa ilaihi raaji’uun)’. Allah berfirman, ‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku rumah
di surga dan namailah dengan Baitul hamd (rumah pujian)’.” (Hasan, HR.
Tirmidzi)Lihatlah wanita yang terkena musibah ayan ini, ia siap bersabar
terhadap musibah sehingga membuatnya akan masuk surga.
Dalam hadis qudsi,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ
مِنْهُمَا الْجَنَّةَ
“Apabila
Aku memberi cobaan kepada hamba-Ku dengan (dijadikan buta) kedua mata yang
dicintainya, ia pun bersabar, maka Aku akan menggantinya dengan surga.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Ketahuilah wahai
saudaraku, sesungguhnya sikap kesal dan keluh kesah, tidak dapat menghilangkan
musibahmu, bahkan hanya menambah derita dan dosa.
Membawa keselamatan
dari api neraka dan membersihkan dosa-dosa.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang penyakit demam:
اَلْحُمَّى حَظُّ كُلِّ مُؤْمِنٍ مِنَ النَّارِ
“Sakit
demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka.” (HR. Al Bazzar,
Silsilah Ash Shahiihah no. 1821)
Di dalam hadis lain
disebutkan, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila menjenguk
orang sakit berkata kepadanya, “Laa ba’sa thahuur insya Allah.” Artinya: Tidak
apa-apa, penyakit itu akan membersihkan (dosa-dosamu) insya Allah. (HR.
Bukhari)
Menyadari betapa besarnya
nikmat sehat.
Seseorang akan
merasakan nikmat sehat ketika sakit. Ketika seseorang sakit gigi misalnya, ia
akan merasakan begitu nikmat gigi yang sehat. Ketika telinganya tersumbat
sesuatu sehingga tidak dapat mendengar secara jelas, ia akan merasakan
nikmatnya bisa mendengar dengan baik, dsb. Dengan demikian, ia pun dapat
bersyukur dan merasakan begitu besarnya nikmat yang diberikan Allah kepada
dirinya.
Membuat dirinya peka
terhadap musibah yang menimpa saudaranya, sehingga ia pun mau membantu
saudaranya.
Di dalam hadis qudsi
disebutkan, bahwa Allah akan berfirman kepada anak cucu Adam pada hari kiamat:
يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِى . قَالَ يَا رَبِّ
كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ . قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِى
فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِى
عِنْدَهُ يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِى . قَالَ يَا رَبِّ وَكَيْفَ
أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ . قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ
عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ
ذَلِكَ عِنْدِى يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِى .قَالَ يَا رَبِّ
كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ اسْتَسْقَاكَ عَبْدِى فُلاَنٌ
فَلَمْ تَسْقِهِ أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِى
“Wahai
anak Adam, Aku sakit, namun mengapa kamu tidak menjenguk-Ku?” Anak Adam
menjawab, “Ya Rabbi, bagaimana aku menjengukmu, sedangkan Engkau Tuhan semesta
alam?” Allah berfirman, “Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan
sedang sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Kalau sekiranya kamu mau
menjenguk, tentu kamu akan mendapati-Ku di dekatnya. Wahai anak Adam! Aku
meminta makan kepadamu, namun mengapa kamu tidak memberi-Ku makan?” Ia berkata:
“Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu makan, padahal Engkau Tuhan semesta alam?”
Allah berfirman, “Tidakkah kamu mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan meminta
makan kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya. Kalau sekiranya kamu mau memberi,
tentu kamu akan mendapatkan yang demikian di sisi-Ku. Wahai anak Adam! Aku
meminta minum kepadamu, namun mengapa kamu tidak memberi-Ku minum?” Ia berkata,
“Ya Rabbi, bagaimana aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Tuhan semesta alam?”
Allah berfirman, “Hamba-Ku si fulan telah meminta minum kepadamu, tetapi kamu
tidak memberinya. Kalau sekiranya kamu mau memberinya minum, tentu kamu akan
mendapatkan yang demikian itu di sisi-Ku.” (HR. Muslim)
Mudah-mudahan Allah
Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita semua dan meringankan musibah yang kita
hadapi serta memantapkan langkah-langkah kita.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ
وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ
وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلَّمَ.
Comments
Post a Comment